ABSTRAK

Dalam era globalisasi dewasa ini, sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang jasa kesehatan mengalami perkembangan yang pesat, demikian pula aktivitas yang ada dalam perusahaan jasa kesehatan semakin komplek dan rumit. Hal ini yang menyebabkan pimpinan rumah sakit tidak mengevaluasi bawahannya secara langsung. Diantara aktivitas yang ada, aktivitas yang berhubungan dengan pelayanan jasa rawat inap merupakan aktivitas yang penting, yang harus mendapat perhatian dari pihak manajemen rumah sakit dalam pengelolaannya, karena pendapatan terbesar rumah sakit diperoleh dari hal tersebut. Objek penelitian yang dilakukan adalah sistem informasi akuntansi pelayanan jasa rawat inap yang baik agar dapat meningkatkan kualitas layanan informasi pasien rawat inap rumah sakit. Penulis melakukan penelitian terhadap kegiatan pelayanan jasa rawat inap pada Rumah Sakit Dr. H Marzoeki Mahdi Tujuannya adalah untuk mengetahui dan menilai bagaimana pelaksanaan sistem informasi akuntansi dan kinerja serta pengaruhnya dalam meningkatkan kualitas layanan informasi pasien rawat inap. Hipotesis yang dikemukakan oleh penulis adalah jika perusahaan menerapkan sistem informasi akuntansi pelayanan jasa rawat inap secara memadai, maka akan meningkatkan kualitas layanan informasi pasien rumah sakit. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan teknik yang dilakukan yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan, penulis menyimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi pelayanan jasa rawat inap pada Rumah Sakit Dr. H Marzoeki Mahdi telah dilaksanakan dengan memadai sehingga sangat berperan dalam meningkatkan kualitas layanan informasi pasien rawat inap di rumah sakit. Hal ini dibuktikan dengan adanya struktur organisasi yang memadai, telah ditetapkannya prosedur-prosedur pelayanan jasa perawatan yang memadai, dan catatan akuntansi yang memadai. Adapun saran dari penulis adalah pertama: dalam pembuatan kartu identitas pasien dan kartu status pasien, sebaiknya nomor dokumen tersebut telah tercetak. Kedua: sebaiknya jabatan Kepala Sub Bagian Akuntansi tidak merangkap sebagai pemeriksa intern, sehingga membuat pekerjaan kepala akuntansi menjadi kurang efektif.