ABSTRAK
Hidroklorotiazid (HCT) merupakan obat anti diuretik yang bekerja menghambat reabsorpsi natrium dan klorida. Hidroklorotiazid termasuk ke dalam kelompok BCS kelas IV yang memiliki kelarutan serta permeabilitas yang rendah, sehingga absorpsi obat ini dibatasi oleh laju disolusinya. Kelarutan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dalam saluran cerna. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan obat HCT ini dengan suatu pembentukan kompleks hidrotropi antara HCT dengan asetamid. kompleks hidrotropi HCT-asetamid dibuat dengan metode solvent drop grinding (SDG) 1:1 dengan penambahan pelarut metanol. kompleks hidrotropi HCT-asetamid yang dihasilkan dikarakterisasi dengan mikroskop polarisasi, difraksi sinar-X serbuk, Fourier transform infrared (FTIR), uji kelarutan dan uji disolusi. Foto mikroskop polarisasi menunjukkan habit campuran HCT-asetamid berbeda dari komponen pembentuk. Gabungan pola difraksi sinar-X dari komponen pergeseran puncak pada HCT-asetamid (1:1) jika dibandingkan dengan hidroklorotiazid murni mengindikasikan terjadinya pembentukan kompleks hidrotropi. Spektrum FTIR hasil dari SDG menunjukkan adanya pergeseran bilangan gelombang dibandingkan dengan HCT dan asetamid murni. Kelarutan garam HCT- asetamid di dalam air lebih tinggi dibandingkan dengan HCT murni. Uji disolusi menunjukkan bahwa laju disolusi kompleks hidrotropi HCT-asetamid dalam media larutan air, dapar HCL pH 1,2; dapar asetat pH 4,5; dapar fosfat pH 6,8 pada suhu 37,0 °C lebih cepat daripada HCT murni. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembentukan kompleks hidrotropi dengan metode SDG dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi hidroklorotiazid.

Kata kunci : Hidroklorotiazid, asetamid, hidrotropi, kelarutan, disolusi