ABSTRAK
Sebagian besar investor saat ini memilih berinvestasi pada saham-saham yang terdapat di pasar-pasar berkembang (emerging market) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return) semakin meningkat. Keuntungan yang diharapkan yang semakin tinggi ditandai dengan adanya risiko yang semakin tinggi pula. Risiko pada emerging market biasanya dihitung menggunakan konsep standar deviasi. Terdapat kelemahan utama deviasi standar bahwa return saham selalu memiliki distribusi normal. Namun, pada kenyataannya adalah abnormal. Kelemahan lain dalam deviasi standar adalah penggunaan dua arah yaitu kenaikan dan penurunan return dari rata-rata return sebagai suatu bentuk risiko. Kenaikan return merupakan hal positif bukan suatu risiko, dan seharusnya penurunan return dianggap sebagai suatu risiko. Karena adanya beberapa kelemahan dari deviasi standar yang digunakan dalam teori analisis portofolio maka dari itu konsep downside risk yang dinyatakan dengan downside beta dan upside beta ini dikembangkan. Penelitian ini menggunakan variabel downside beta, upside beta dan beta sebagai variabel independen, serta expected return yang merupakan variabel dependen. Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory dengan pendekatan kuantitatif serta menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang diambil dari Indeks LQ-45 pada Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016, dengan menggunakan teknik purposive sampling terdapat 22 sampel perusahaan. Hasil penelitian ini menjelaskan secara parsial bahwa model downside beta dan beta berpengaruh signifikan terhadap expected return.

Kata Kunci : Downside Risk, Risiko Investasi, Expected Return.