Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang dapat menular oleh adanya gigitan dari nyamuk anopheles betina. Artemisinin based Combination Therapy (ACT) merupakan terapi kombinasi obat antimalaria yang banyak direkomendasikan. Berkembangnya pemakaian ACT menyebabkan kebutuhan terhadap ACT juga meningkat. Kesukaran obat artemisinin untuk disintesis menyebabkan Artemisia annua L. yang merupakan tanaman asal untuk diisolasi menjadi obat artemisinin dan turunannya semakin diperlukan dalam jumlah yang besar. Eksplorasi pada satu tanaman secara terus menerus dapat membahayakan kelestarian tanaman tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan terhadap tanaman lainnya. Salah satu tanaman yang dapat diuji adalah herba babadotan (Ageratum conyzoides L.). Pengujian aktivitas antimalaria secara in vivo dilakukan berdasarkan metode Peters yang dimodifikasi. Mencit uji yang sudah positif terinfeksi di kelompokkan menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol positif diberi suspensi Na. CMC 0,5%, kelompok pembanding suspensi klorokuin 20 mg/kg BB, kelompok uji diberikan ekstrak air herba babadotan dengan dosis 30 mg/kgBB, 60 mg/kgBB dan 120 mg/kgBB. Pengujian dilakukan dengan cara per oral selama 7 hari. Parameter pengamatan adalah persen parasitemia, persen pertumbuhan parasit dan persen hambatan parasit. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak air herba babadotan dosis 30 mg/KgBB menunjukkan persen inhibisi parasit yang paling tertinggi yaitu sebesar 87,68 ± 1,145 % dan dapat dikategorikan memiliki aktivitas antimalaria yang sangat baik.

Kata Kunci : Malaria, Babadotan, Ageratum conyzoides L., Plasmodium berghei.