ABSTRAK
Magnesium sebagai logam paling melimpah ketiga di bumi setelah Al dan Fe,
dengan density lebih rendah 25% dari Al dan 66% dari Fe dan mudah terdegradasi
membuatnya cocok untuk bahan baku biomaterial. Sifat mekanik Mg yang rendah
menyebabkan diperlukannya pemaduan dan pemilihan proses manufaktur yang
tepat. Hydroxyapatite sebagai senyawa fosfat paling stabil dalam suhu dan pH
menjadi pilihan paduan tambahan. Thixoforming yang memungkinkan perlakuan
panas dan mengembangkan potensi penuh dari sifat mekanik paduan menjadi
proses lanjutan. Presipitation hardening oleh aging treatment dikenal sebagai salah
satu metode efektif untuk meningkatkan kekuatan paduan magnesium. Dilakukan
penelitian mengenai pegaruh temperatur aging terhadap kekerasan dan struktur
mikro paduan Mg-Al-Zn hasil thixoforming. Spesimen hasil peleburan kemudian
dilakukan thixoforming pada temperatur 530oC dengan penahanan selama 15 menit
kemudian dilanjutkan solution treatment pada temperatur 420oC selama 8 jam dan
dilanjutkan proses aging dengan variasi temperatur 200oC, 250oC dan 300oC selama
2 jam. Karakterisasi dilakukan pada spesimen dan didapatkan peningkatan
kekerasan dimana kekerasan tertinggi didapatkan pada temperatur aging 250oC
yaitu sebesar 102,73 HV. Pengukuran butir dengan metoda Jeffries menunjukkan
terjadinya penghalusan butir, dengan butir terhalus didapat pada temperatur 250oC
yaitu sebesar 51,87µm. Struktur mikro yang terbentuk terdiri dari fasa α-Mg primer,
eutektik sekitarnya (eutektik α-Mg dan β-eut) dan presipitat lamellar β-Mg17Al12.
Partikel Hydroxyapatite tersebar merata di dalam matriks sehingga mampu
menghambat pergerakan dislokasi.
Kata kunci : Mg-Al-Zn, Hydroxyapatite, Thixoforming, Aging, Kekerasan, Struktur
mikro.