Indonesia dengan letak geografis yang berada pada daerah dengan intensitas gempa tinggi membuat struktur bangunan yang dibangun harus termasuk dalam konstruksi bangunan tahan gempa. Struktur Reinforced Concrete Steel (RCS) yang menggunakan material baja pada balok dan beton bertulang pada kolom mulai dikembangkan sebagai struktur bangunan yang dapat digunakan dalam menahan gaya gempa. Optimalisasi kelebihan setiap material dapat menjadi sebuah pertimbangan konstruksi bangunan tahan gempa. Struktur yang menjadi studi kasus adalah struktur Reinforced Concrete Steel (RCS) dan struktur beton konvesional dengan lokasi berada di Bandung dan jumlah lantai 5 dengan total tinggi 18 m. Bangunan yang direncanakan tahan gempa perlu dievaluasi agar dapat memperkirakan kondisi inelastis bangunan saat terjadinya gempa sehingga dapat diketahui kinerja bangunan yang telah direncanakan. Analisis dan evaluasi kinerja struktur bangunan dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis non linear pushover. Analisis pushover adalah analisis statik non linier dengan memberikan beban dorong yang nilainya terus ditingkatkan secara bertahap sehingga dapat gambaran kondisi struktur baik saat pelelehan awal maupun setelahnya. Hasil dari analisis pushover ini berupa titik kinerja dimana titik kinerja menunjukkan besarnya perpindahan maksimum struktur saat gempa rencana terjadi. Penentuan titik kinerja dan evaluasi dilakukan berdasarkan pada FEMA 356, ATC 40 dan FEMA 440 dengan menggunakan software SAP2000, dimana analisis pushover adalah salah satu built-in pada software SAP2000. Hasil penelitian dari evaluasi kinerja menggunakan metode analisis statik nonlinier pushover ini adalah untuk struktur RCS memiliki titik kinerja 0,337 m, sedangkan untuk struktur beton konvensional memiliki titik kinerja 0,284 m. Level kinerja sesuai dengan kerusakan sendi plastis yang terjadi pada masing-masing elemen struktur didapatkan untuk struktur RCS dan beton konvensional adalah Immediate Occupancy (IO).