ABSTRAK

Gangguan napas saat tidur pada anak-anak dapat menimbulkan primary snoring, upper airway resistance syndrome (UARS), dan obstructive sleep apnea(OSA). Obstructive sleep apnea terjadi pada anak-anak sebagai akibat hipertrofi tonsil palatina dan adenoid. Tonsiloadenoidektomi merupakan prosedur pembedahan dibidang Telinga Hidung Tenggorokan (THT) yang rutin dilakukan pada populasi anak-anak. Tingkat keberhasilan tonsiloadenoidektomi dalam penanganan henti napas obstruktif saat tidur dan perbaikan pada kualitas tidur. pada anak telah dinyatakan dalam berbagai penelitian. Tonsilektomi di bagian THT-KL RS Dustira dilakukan dengan metode diseksi sedangkan adenoidektomi dapat dilakukan dengan berbagai metode, yang paling sering adalah teknik kuretase dengan dan tanpa guiding endoskopi. Penelitian ini merupakan penelitian prospektif analitik sebelum dan sesudah tonsiloadenoidektom untuk melihat efektivitas perbaikan henti nafas saat tidur pada anak setelah dilakukan tonsiloadenoidektomi dengan dan tanpa guiding endoskopi. Hasil penelitian didapatkan dari 50 orang pasien pro tonsiloadenoidektomi berjenis kelamin laki- laki sebanyak 58%, dibagi menjadi dua kelompok tonsiloadenoidektomi dengan dan tanpa guding endokopi. Keluhan mengorok hari pertama paska operasi dirasakan oleh 32% anak yang dilakukan tonsiloadenoidektomi dengan guiding endoskopi dan 28% anak tanpa guiding endoskopi, serta keluhan mengorok masih dirasakan oleh 4% anak yang dilakukan tonsiloadenoidektomi dengan guiding endoskopi dan 8% anak tanpa guiding endoskopi pada hari ketujuh paska operasi. Kesimpulan penelitian ini adalah tindakan tonsiloadenoidektomi dengan guiding endoskopi lebih baik dibandingkan tanpa endoskopi dalam memperbaiki keluhan henti nafas pada anak.

Kata Kunci: anak, tonsiloadenoidektomi, henti nafas