ABSTRAK

Dehisensi luka merupakan suatu kegagalan proses penyembuhan luka insisi setelah operasi. Dehisensi terjadi dua kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan dan lebih sering terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 60 tahun. Infeksi luka operasi dibagi atas insisi superfisial (kulit dan jaringan sekitar), insisi dalam (otot dan fasia), dan organ/ruang. Penatalaksanaan yang dilakukan tergantung kepada tingkat dari terpisahnya jaringan dan adanya pengeluaran isi abdomen. Beberapa faktor risiko dapat berperan dalam terjadinya dehisensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran berdasarkan usia, jenis kelamin, tipe, penatalaksanaan, dan faktor risiko dehisensi luka laparotomi. Metode penelitian ini bersifat deskriptif. Subyek penelitian ini adalah data rekam medik pasien di bagian Sub Bedah Digestif RS Hasan Sadikin Bandung tahun 2011-2016. Hasil penelitian didapatkan 104 pasien mengalami dehisensi luka, 69,2% laki-laki sedangkan 30,7% perempuan, dengan usia diatas 65 tahun (39,13%) dan paling sedikit pada usia 12-25 tahun (13,04%). Tipe paling banyak adalah tipe superfisial (45,65%) dan paling sedikit tipe fascia (21,74%). Tindakan debridement lebih sering dilakukan (69,5%) berbanding tindakan konservasi (30,4%). Risiko paling besar pada pasien dengan riwayat merokok. Simpulan dari penelitian ini adalah usia paling banyak diatas 65 tahun, jenis kelamin paling banyak laki-laki, tipe paling sering tipe superfisial, penatalaksanaan dengan tindakan debridement, dan faktor risiko paling banyak adalah riwayat merokok.

Kata kunci : dehisensi luka, faktor risiko, laparotomi