ABSTRAK

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan manufaktur pesawat terbang di Indonesia. Dalam proses pembuatan komponen pesawat terdapat satu tahapan treatment pada permukaan komponen pesawat agar tahan korosi dengan menggunakan larutan kimia dan air deionisasi. Air deionisasi dihasilkan dari pengolahan air baku yang berasal dari olahan air sungai. Air baku tidak hanya digunakan untuk produksi air deionisasi harian, namun juga untuk kegiatan perawatan unit pengolah air deionisasi, yaitu pada proses backwash media filter dan
regenerasi resin penukar ion. Dengan menggunakan air baku dari air hasil olahan air sungai, setiap bulannya Departemen Surface Treatment harus mengeluarkan biaya sekitar Rp. 69.482.258,- untuk operasi backwash dan regenerasi, karena kualitas air hasil olahan air sungai tidak baik. Sehingga media filter cepat kotor, dan resin menjadi cepat jenuh. Berbeda dengan jika menggunakan air sumur dalam dengan kualitas yang lebih baik, biaya yang dikeluarkan perbulan hanya Rp. 25.273.700,-. Namun, penggunaan air sumur dalam sebagai air baku terkendala dengan tidak adanya fasilitas reservoir dan jaringan pipa distribusi. Oleh karena itu, untuk memastikan tidak terjadinya kerugian di kemudian hari apabila pengadaan fasilitas pendukung ini direalisasikan, perlu dilakukan analisis kelaikan proyek terlebih dahulu. Diperkirakan untuk pelaksanaan proyek ini dibutuhkan biaya investasi awal sebesar Rp. 443.448.332,-, dengan perkiraan biaya operasional pertahunnya sebesar Rp. 42.572.370,-. Analisis kelaikan dilakukan terhadap aspek ekonomi dengan membandingkan nilai penghematan yang diperoleh dari implementasi proyek dengan biaya operasional. Nilai keuntungan dari penghematan setelah dikurangi biaya operasional selama 35 tahun umur investasi adalah sebesar Rp. 37.835.650.684,- atau jika didiskonto pada nilai sekarang (Present Value) adalah sebesar Rp. 11.186.406.920,-.

Kata kunci: Analisis Kelaikan Aspek Ekonomi, Proyek, Reservoir, Jaringan Pipa Distribusi, PTDI, Efisiensi.