ABSTRAK

Penelitian ini berfokus pada bagaimana anak jalanan berpendidikan formal dan tidak berpendidikan formal menghayati subjective wellbeing-nya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective wellbeing dari Diener (1999). Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian komparatif dan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induktif. Subjek dalam penelitian ini adalah 40 orang anak jalan, terdiri dari 20 orang anak jalanan berpendidikan formal dan 20 orang anak jalanan tidak berpendidikan formal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu accidental sampling. Peneliti menggunakan alat ukur baku yang terdiri dari scale with life statisfaction (SWLS) yang sudah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Yusak Novanto,M.Si.Psik pada tahun 2017 memiliki nilai validity 0,566 sampai 0,722 dan reliability 0,841 dan scale of positive and negative experience (SPANE) yang di terjemahkan sendiri oleh peneliti dan menggunakan content validity melalui expert judgement dan bisa digunakan. Hasil dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kepuasan hidup anak jalanan berpendidikan formal dan tidak berpendidikan formal dengan hasil (sig = 0,594),
selanjutnya terdapat perbedaan yang signifikan pada afek positif pada anak jalanan berpendidikan formal dan tidak berpendidikan formal dengan hasil (sig = 0,001), selanjutnya terdapat perbedaan yang signifikan pada afek negatif pada
anak jalanan berpendidikan formal dan tidak berpendidikan formal dengan hasil (sig = 0,006). Peneliti menyarankan kepada pemerintah Kota Bandung membuat kegiatan untuk meningkatkan afek positif pada anak jalanan.

Kata Kunci : Subjective Well-Being, Anak Jalanan, Pendidikan