ABSTRAK

Presiden Indonesia Joko Widodo menetapkan Indonesia dalam situasi yang darurat narkoba dan berkomitmen untuk menghukum mati pengedar narkoba di Indonesia. Kebijakan Presiden Joko Widodo ini berdampak pada dihukum matinya beberapa warga negara asing yang menyelundupkan narkoba ke Indonesia dengan jumlah yang besar. Dua diantara para penjahat yang dijatuhi hukuman mati merupakan warga negara Australia yang merupakan otak dari penyelundupkan narkoba ke Bali bersama dengan tujuh terpidana lainnya yang biasa disebut Bali Nine. Australia sebagai negara asal dari terpidana kasus Bali Nine tersebut bereaksi dan melakukan beberapa upaya untuk mendapatkan pengampunan dari pemerintah Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui reaksi-reaksi dari Australia dalam menyikapi hukuman mati di Indonesia pada kasus Bali Nine, dan mengetahui alasan-alasan dari Australia bereaksi atau membuat kebijakan-kebijakan dalam upaya untuk mendapatkan pengampunan dari pemerintah Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian tipe kualitatif, Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, tehnik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini memaparkan reaksi australia berupa penawaran penukaran tahanan, ancaman penghentian dana pinjaman, pembatalan misi dagang dan penarikan duta besar. Penelitian ini juga memaparkan alasan-alasan Australia bereaksi, yaitu alasan internal berupa kebijakan indonesia menghukum mati pengedar narkoba dan kebijakan Australia menyangkut hukuman mati, sedangkan alasan eksternal yaitu Hubungan kerjasama Indonesia dan Australia, dana sumbangan Australia kepada Indonesia, tanggapan Mayarakat Australia, Pertanggung jawaban Tony Abbot terhadap parlemen dan partai liberal dan idiosinkratik Tony Abbott.

Kata Kunci : Kebijakan, Australia, Hukuman Mati dan Bali Nine