ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh kondisi berbeda yang dialami ibu sebagai orangtua dari anak tunagrahita dimana kondisinya terkait, rasa penyesalan ibu di masa lalu, respon yang didapatkan dari lingkungan, dan penerimaan diri seorang ibu. Ryff (1989) mengatakan psychological well-being adalah suatu keadaan dimana individu dapat menerima diri apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengarahkan tingkah lakunya sendiri, mampu mengembangakan potensi diri secara berkelanjutan, mampu mengatur lingkungan, dan memiliki tujuan hidupnya. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jumlah sampel 90 orang. Data didapatkan dari hasil kuesioner paper and pencil sebagai data utama untuk dapat mengukur 6 dimensi, yaitu selfacceptance, positive relation with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dimensi mana saja yang dimiliki ibu dengan kategori rendah dan tinggi. Validitas dari alat ukur yang digunakan adalah 0,4 dengan nilai reliabilitas 0,918. Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai kondisi psychological well-being yang dimiliki oleh ibu dari anak tunagrahita yang berada pada kategori rendah. Jumlah ibu yang memiliki psychological wellbeing rendah sebanyak 51% dan psychological well-being tinggi sebanyak 49%, maka kondisi psychological well-being yang dimiliki oleh ibu yang memiliki anak tunagrahita berada pada kategori rendah. Dimensi dengahn kategori paling rendah adalah dimensi tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Ibu dengan psychological well-being rendah tidak memiliki arah dalam hidupnya, dan tidak berusaha untuk meningkatkan potensi yang dimilikinya. Faktor yang muncul pada ibu dengan kategori rendah adalah status sosial ekonomi dan usia. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan dapat melakukan penelitian pada ibu dengan status sosial ekonomi menengah keatas.

Kata Kunci: Psychological Well-Being, Ibu yang Memiliki Anak Tunagrahita