ABSTRAK

Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya intimidasi antara siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik
secara fisik maupun non-fisik. Kasus bullying di Indonesia sering terjadi di institusi Pendidikan. Pemahaman akan kondisi psikis pada korban bullying perlu diketahui baik oleh dirinya maupun orang disekitarnya. Para korban bullying membutuhkan suatu kemampuan agar bisa bangkit dari keterpurukannya. Komunitas Sudah Dong merupakan salah satu komunitas Anti Bullying terbesar di Indonesia yang sudah tersebar di berbagai daerah salah satunya Bandung Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kemampuan resiliensi pada korban bullying khususnya anggota komunitas Sudah Dong Bandung. Penelitian ini menggunakan teori resiliensi dari Reivich & Shatte (2002). Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur baku bernama Resilience Quotient (RQ) yang disusun oleh Reivich & Shatte (2002) berjumlah 56 item. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 70 orang yang bergabung dalam komunitas Sudah Dong Bandung. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat satu kemampuan dengan skor diatas rata-rata yaitu Impulse Control (67,1%). Kemudian terdapat tiga kemampuan rata-rata yaitu Optimism (62.9%), Causal Analysis (57.1%), dan Empathy (88.6%). Serta kemampuan dibawah rata-rata yaitu Emotion Regulation (98.6%), Self Efficacy (95.7%), dan Reaching Out (97.1%). Berdasarkan hasil olah data RQ Test pada korban bullying komunitas Sudah Dong Bandung,
dikatakan bahwa terdapat 45 responden yang mampu resilien, sedangkan 25 orang lainnya belum mampu untuk resilien. Secara umum korban bullying memiliki 7 kemampuan resiliensi, namun belum sepenuhnya dapat memaksimalkan kemampuan tersebut. Hasil penelitian ini menyarankan kepada koordinator Sudah Dong Bandung untuk mengadakan program-program yang dapat meningkatkan kemampuan resiliensi para anggotanya terutama pada kemampuan Emotion Regulation, Self Efficacy dan Reaching Out.

Kata kunci: Resiliensi, bullying