ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menjelaskan mengapa OKI belum dapat berperan penuh dalam menangani krisis kemanusiaan Rohingya di Myanmar 2012-2017. Etnis Rohingya mengalami tindakan persekusi oleh pemerintah dan militer, sehingga mengakibatkan melakukan eksodus ke luar wilayah Rakhine bahkan lintas negara. Persekusi terjadi dengan berbagai alasan yang dilakukan pemerintah, salah satunya terjadi dalam skala besar pada tahun 2012 hingga akhir 2017. Keterlibatan OKI dalam mengangani kasus krisis kemanusiaan salah satunya adalah menangani etnis Rohingya di Rakhine sebagai sebuah usaha atas nama kemanusiaan dan sesama umat Muslim. Namun, sebuah organisasi internasional dalam menjalankan program dan kinerjanya, bisa tidak sesuai dengan harapan bahwa terdapat suatu hal yang menghambat tujuan yang telah direncanakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kontruktivisme, konsep organisasi internasional, konsep hambatan, konseop krisis kemanusiaan dan konsep genosida. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua faktor
hambaran, yakni hambatan internal dan eksternal. Secara internal hambatan yang muncul adalah pengaruh besar Arab Saudi di OKI, kerja sama Arab Saudi dengan Tiongkok dan . Secara eksternal adalah tertutupnya Pemerintah Myanmar terhadap kasus krisis kemanusiaan Rohingya dan penolakan masyarakat mayoritas Buddha Myanmar.

Kata Kunci : Organisasi Kerja Sama Islam, Krisis Kemanusiaan, Rohingya, Hambatan