Parese fasialis perifer seringkali menimbulkan gangguan dalam melakukan aktifitas harian pada penderitanya. Jumlah kasus yang cukup banyak dan etiologi yang beragam menjadi daya tarik untuk peneliti membahas penyakit ini. Penyakit ini terjadi secara akut pada sebelah sisi wajah dan menyebabkan ketidakmampuan penderita menggerakkan separuh wajahnya pada sisi sakit. Penanganan pada penyakit ini harus disesuaikan dengan etiologinya agar hasil pengobatan yang didapat pun maksimal. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan cara pengambilan data sekunder dari rekam medik pasien yang terdiagnosis parese fasialis perifer di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Dari 79 kasus dengan diagnosis penyakit ini, didapatkan 8 kasus yang sesuai dengan kriteria inklusi dan 71 kasus tereksklusi. Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 4 orang pasien laki-laki (50%) dan 4 orang pasien perempuan (50%), dengan jumlah kasus tebanyak pada rentang usia 11 sampai dengan 20 tahun (37,5%). Gejala yang paling sering ditemui pada penyakit ini adalah asimetri wajah (75%) dan lagoftalmus (62,5%). Penatalaksanaan farmakologi yang diberikan pada pasien penyakit ini adalah antiviral pada seluruh kasus (100%). Sedangkan penatalaksanaan non farmakologisnya adalah fisioterapi TENS (25%) dan facial massage (12,5%).

Kata kunci: Parese fasialis perifer, gejala klinis