Banyak persimpangan di kota besar seperti Bandung ternyata menimbukan permasalahan tersendiri, banyak persimpangan yang jaraknya pendek salah satunya pada ruas jalan L.L.R.E Martadinata yaitu simpang Citarum – Lombok dan simpang Cihapit yang jaraknya 216 meter. Permasalahan yang terjadi adalah kendaraan yang terkadang harus selalu berhenti pada simpang karena selalu mendapat sinyal merah dan banyajnya kendaraan parkir di pinggir jalan. Tentu saja hal ini menimbulkan ketidaknyanyamanan bagi pengendara.Pengumpul data dilakukan dengan cara survey langsung pada kedua simpang.Adapun data yang diambil adalah volume kendaraan, waktu sinyal, dan geometrik simpang. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode analisis simpang bersinyal dengan menggunakan software. Pengolahan data yang pertama untuk menganalisis kondisi eksisting kedua simpang tersebut menggunakna software KAJI dan MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) tahun 1997, akan tetapi untuk mengkoordinasikan simpang yang di analisis yaitu menggunakan software TRANSYT.Dari hasil analisa, diketahui bahwa kedua simpang pada ruas jalan L.L.R.E Martadinata belum terkoodinasi. Maka dilakukan beberapa perencanaan untuk melakukan koordinasi sinyal antar simpang tersebut. Perencanaan yang dilakukan adalah menentukan waktu hijau baru untuk ke dua simpang dengan meminimalisir waktu delay. Dari analisa ini didapat waktu hijau pada simpang 1 dengan waktu 40 detik untuk fase pertama dan 50 detik pada fase kedua, pada simpang kedua didapat dengan waktu 54 detik pada fase pertama lalu fase kedua dengan waktu 45 detik adapun yang didapat dari hasil analisa ini adalah derajat kejenuhan pada simpang pertama dengan derajat kejenuhan 0,61% dan untuk simpang kedua derajat kejenuhan sebesar 0,78%.