Secara tradisional, bunga kamboja merah (Plumeria rubra L.) digunakan sebagai obat antelmintik dan laksatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antelmintik dan laksatif dari ekstrak air bunga kamboja merah. Pada penelitian antelmintik dilakukan terhadap cacing gelang babi Ascaris suum dan telurnya secara in vitro, dengan konsentrasi uji ekstrak air bunga kamboja merah 0,01 %, 0,02 %, dan 0,03 %, kelompok pembanding (pirantel pamoat 0,01 % dan albendazol 0,08 %). Parameter yang diamati adalah paralisis dan kematian untuk cacing dewasa dan efek ovisidal terhadap pembentukkan telur berembrio dan larva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengujian antelmintik terhadap cacing dewasa, pirantel pamoat sebagai pembanding menunjukkan efek antelmintik (p0,05). Pengujian terhadap hambatan pembentukkan telur berembrio albendazol 0,08 % memberikan hambatan 47,34%, ekstrak air bunga kamboja merah konsentrasi 0,01 %, 0,02 %, dan 0,03 % berturut-turut 4 %, 4 %, dan 9 % (p>0,05), sedangkan hambatan pembentukkan larva albendazol 0,08 % memberikan hambatan 100 %, ekstrak air bunga kamboja merah konsentrasi 0,01 %, 0,02 %, dan 0,03 % berturut-turut 75,81 %, 76 %, dan 80 % (p>0,05). Hasil pengujian laksatif ekstrak air bunga kamboja merah dengan dosis 33,15 mg/kg bb, 66,3 mg/kg bb, dan 132,6 mg/kg bb menunjukkan aktivitas sebagai laksatif dibandingkan dengan kontrol, dan ekstrak air bunga kamboja dosis 66,3 mg/kg bb menunjukkan aktivitas yang paling baik sebagai laksatif dan berbeda bermakna jika dibandingkan dengan kontrol (p